Sabtu, 31 Oktober 2015

 
"SEPENGGAL KISAH DI RUANG TUNGGU"

"hati-hati, yo. Baca Bissmillah.. Ingat Zikir" pesan Kak Iwan saat aku jabat tangannya.
Kulemparkan senyum ke arahnya. Di sampingnya berdiri Seorang wanita berjilbab pink, namanya Kak santi, yang tdk lain adalah istrinya.

"Salam sama mama, nah". Pesan kak santi sambil membalas senyumku.

"iya kak. Insha Allah" kataku. Sekali lagi aku pamit dan mengucapkan salam. kemudian kulihat keduanya masuk kedalam mobil dan meluncur pergi.

Selepas itu aku berbalik dan mendorong kopor berwarna hitam yg penuh dengan pakaianku. Tas ransel abu2 juga bertengker di belakang punggungku. Tangan yg satupun memegang bungkusan dalam kardus, isinya camilan khas kendari, ole2 buat ibu dan keluarga di makassar.

Hari ini tanggal 1 oktober 2014 bertepatan dgn hari kesaktian pancasila, aku akan berangkat dari kendari berlibur ke kota Makassar. Insha Allah aku akan berlebaran Haji di sana dengan sanak saudara. Senang? Bukan senang lagi, semua bercampur aduk. Senang, iya. Sedih, iya. Kenapa sedih? Yah karena harus meninggalkan beberapa teman kantor dan apalagi meninggalkan ponakan2 ku di kendari yg menggemaskan seperti malaikat2 kecil yg tdk ada habisnya membuat bibirku perih karena selalu tersenyum dan tertawa bersama mereka.

"tiketnya, mas?" seorang pria yg menjaga di pintu masuk bandara membuyarkan lamunanku.

Aku membuka Handphone ku dan memperlihatkan nomor pesawat yg ada dalam Handphone.

Pria itu mengganguk dan menunjukkan tempat di mana aku harus antri untuk print out tiket dan bagasikan koper ku.

Saat menuju antrian tiba2 seseorang yg terburu2 menabrakku, hingga tentengan dan jacket yg ku pegang jatuh.

"Ma..maap dek.." kata orang itu yang ternyata Seorang ibu2 dengan jilbab hitam dan gaun dres panjang menutup sampai ujung kakinya. Ia menunduk dan membantuku mengambilkan jacketku.

"Hehhehe. Gak papa bu. Gak papa." aku ikut menunduk dan mengambil jacketku dari tangannya.

Ibu itu terus mengucapkan maap sampai membuatku jadi tdk enak hati. "benaran gak papa bu. Hehehhe. Ibu naik pesawat apa? Mau ke mana?" aku mencoba mengalihkan perhatian.

"pesawat Lion air. Mau ke Makassar. Jam 11:30" jawab ibu itu. Masih dengan senyum bersalahnya. "siapa nama kamu, nak? Sendiri? Mau ke mana? Makassar juga?"

Aku menggangguk, "Insha Allah bu, mau ke Makassar. Nama sy Fadly. Iya, sy sendiri. Kalau ibu sendiri juga?"

Baru saja aku bertanya begitu tiba2 muncul seorang gadis berparas manis dan anggun dari belakang ibu itu. Gadis itu menyapa sang ibu. Kulihat rambutnya yg panjang hitam tergerai mulus di bahunya. Kelihatan sekalih ia sangat merawat rambutnya. Dan aroma parfumnya yg elegan menusuk sampai ke hidungku. Membuat siapa saja akan menyukai baunya, terlebih kaum adam.

"bunda, maap lama. Ini minumnya. Tadi di toilet antri." kata gadis itu pada ibu itu. "dan toiletnya, Astagfirullah jorok banget, bun. Kalau saja bukan karena kebelet Fanie gak mau buang air disitu."

"oh yah? Tapi sdh buang air kan?"

Gadis itu mengangguk.

Karena tak enak hati, akupun berbalik perlahan hendak pergi meninggalkan mereka berdua, tapi...

"Hei, nak fadly. Mau ke mana?" panggil ibu itu.

Aku berhenti dan berbalik, "Eh, anu.. Aku mau.." jawabku kikuk. Kugaruk belakang kepalaku yg sebenarnya tdk gatal sama sekalih.

Ibu itu kembali menghampiriku, diikuti anaknya.

"nak fadly kenalkan ini anak ibu, fanie namanya" kata ibu itu memperkenalkan anaknya. "Fanie ini fadly. Fadly juga mau ke Makassar. Satu pesawat dengan kita" kata ibu itu pada anaknya.

Fanie terseyum. Senyumnya manis. Ada garis senyum malu2 yg tersungging di bibir merahnya.

"hai.." kataku. Hanya itu yg bisa keluar dari mulutku. Entahlah, aku bingung mau bilang apa saat itu. Hehehhe.

"Kak fadly kuliah?" tanya Fanie saat di ruang tunggu. Sementara sang ibu sedang sibuk menelpon tak jauh dari tempat kami duduk.

"Hhhmm, iya. Eh, maksudku tdk. Aku.. Kerja. Tapi kemarin sempat kuliah S2 tapi cuti dulu karena kerjaan" jawabku. Aku geser dudukku sedikit jauh darinya. Sedari tadi aku baru sadar kalau fanie duduk terlalu dekat denganku.

"oh, kakak S2? Hebat dong. Fanie S1 saja belum kelar. Susah.." kata dia, yg lebih kedengaran curhat. Ia kembali menggeser duduknya lebih dekat denganku.

"hmmm, mang fanie ambil jurusan apa?" aku geser lagi dudukku perlahan menjauh.

"farmasi, kakak". Jawabnya. Kali ini dia menatapku. Ia masih menatapku hingga membuatku salah tingkah. Lalu aku berpaling memandang ke arah lain.

"oh, farmasi.." gumamku.

Hening untuk beberapa saat. Aku dan fanie terdiam. Terdengar pengumuman dari pengeras suara kalau penerbangan untuk pesawat dari jakarta menuju makassar akan tiba.

"kakak, fanie boleh tanya?" tanya fanie kemudian.

"iya boleh.." aku mengangguk pelan.

"kakak sudah punya pacar?"

"eh.." aku terperanjat kaget di tempat dudukku mendengar pertanyaan itu. Saat akan menjawab tiba2 sang ibu datang. Aku tdk jadi menjawab pertanyaan fanie karena sang ibu bercerita kalau keluarga besarnya sudah menunggu mereka di bandara Hasanuddin, makassar. Mendengar itu fanie senang sekalih.

Beberapa menit kemudian tibalah pesawat kami. Dan benar saja aku bersebelahan duduk dengan mereka.

Sesampai di dalam pesawat sang ibu tdk berhenti bercerita sepanjang perjalanan. Fanie sempat tertidur. Jadilah aku pendengar setia yang harus mendengar semua kisah2 perjalanan dan pengalaman ibu nya fanie. Sampai telinga ini panas dibuatnya. Hehehhe..

Sebelum turun, sang ibu sempat meminta nomor Handphone ku. Aku memberikannya. Dan fanie pun meminta nomor pin bbku. Tapi dengan beribu macam alasan aku menolaknya dengan halus, "kalau butuh sesuatu bisa lewat sms atau telpon saja, dek" jawabku.

Fanie mengangguk saat itu, terlihat kecewa meskipun berusaha di tutupinya.
Sebelum berpisah, aku berbisik di telinga Fanie, "kakak belum punya pacar. Tapi sudah punya calon istri, insha Allah.." kataku.

Setelah berkata begitu aku mengenakan jacket dan lalu melangkah pergi. Dari balik pantulan kaca bandara aku melihat fanie menatapku pergi menjauh, tentu saja mimik kecewa masih terpampang nyata di wajahnya yg manis itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar