Sabtu, 31 Oktober 2015


 
"SAFE FLIGHT"
Part two.

Cerita sebelumnya:
(Fadly mendapat tugas dinas luar kota ke kota Padang. Ini kali pertama buatnya mengunjungi kota Minang tersebut. Tentu ini akan menjadi pengalaman yang menyenangkan buatnya.

Tapi ternyata fadly keliru. Justru perjalanan ini akan menjadi perjalanan yang paling mengerikan dalam hidupnya.

Pesawat yang ia tumpangi melewati awan kolonimbus. Dan mengalami turbulance (menipisnya udara dalam pesawat).

Peristiwa ini sama persis dengan kecelakaan yang di alami pesawat naas Adam air beberapa tahun lalu.

Bagaimana kelanjutan cerita "Safe Flight" Part two ini? Bagaimana nasib pesawat yang di tumpangi Fadly? Jika kalian punya penyakit jantung, kami sangat melarang kalian membaca kisah ini. Ini hanya untuk mereka yang punya nyali.

Selamat membaca!!!

***
Aku tidak bisa bayangkan kalau saja badanku tidak dililit sabuk pengaman mungkin aku sudah terbang menghantam langit2 pesawat dan terbentur ke sana ke mari seperti barang2 dan koper2 milik penumpang pesawat yang kini berhamburan dalam pesawat. Tapi untungnya sabuk pengaman ku baik2 saja, terlilit dengan kencang di pinggangku. Jadi aku aman di tempat ku duduk.

Pesawat kami masih berguncang dengan hebat, membuat semua bagasi barang di atas kepala kami terbuka dan semua isi bagasi tumpah ruah di dalam pesawat.

Beberapa barang terbang dan menghantam kepala seseorang yang kemudian menjerit kesakitan.

Susana dalam pesawat begitu mengerikan. Jeritan, suara deru pesawat yang dihantam cuaca buruk serta bunyi mesin pesawat yang seperti akan meledak membuat Susana sangat mencekam.

Tiba2 aku merasa sesak napas. Udara di sekitar kami seolah menipis. Ku pegang leherku yang kering. Ada apa ini? Apa udara dalam pesawat mulai
Berkurang? Mana masker darurat yang selalu di peragakan pramugari2 sialan itu ketika kami naik pesawat? Katanya masker oksigen akan keluar seketika saat pesawat mengalami turbulance? Tapi kenapa masker itu belum keluar juga?

Aku menatap penumpang di sampingku. Ia pun menatap ke arahku dengan wajah memucat dan nyaris membiru karena kekurangan oksigen.

Aku mencari2 sesuatu di atas kepalaku. Menatap sekelilingku, beberapa penumpang ada yang mulai pingsan karena kekurangan oksigen.

Ya Allah, aku akan mati. Pikirku. Aku akan mati di pesawat naas ini.

Tidak. Tidak bisa begini. Aku tidak bisa berdiam diri. Aku harus melakukan sesuatu agar aku tidak kehabisan napas.

Pesawat masih saja berguncang hebat.

Ku angkat tanganku yang lemas untuk mencari-cari tombol di atas kepalaku. Sementara tanganku meraba-raba tiba2 masker udara sialan itu keluar dari tempatnya.

Beberapa penumpang yang masih sadar segera meraih masker yg tergantung di hadapan muka mereka, termasuk aku. Ku rekatkan karet masker ke belakang kepalaku dan memasangnya hingga menutupi hidung dan mulutku. Ketika masker itu terpasang aku mulai bisa bernapas lega.

Aku melirik penumpang di sampingku. Ya Allah, dia pingsan. Pria di sampingku itu tidak sempat memakai maskernya. Dia kehabisan napas.

Segera aku meraih maskernya dan membantu memasang masker ke ke hidung dan mulutnya. Semoga ia masih bisa bernapas.

Menit berikutnya pria itu tersadar sambil terbatuk2. Aku tersenyum padanya. Untunglah.

Tiba2 pesawat berhenti berguncang. Awalnya aku pikir semua kembali seperti semula.

Tapi ternyata aku salah. Justru kejadian berikutnya malah makin mengerikan.

Terdengar suara ledakan di luar pesawat. Ledakan yang cukup keras dan mengguncang pesawat kami.

Lalu di susul perlahan pesawat kami miring ke kanan, miring dan miring. makin miring sehingga aku sadar pesawat ini terbang dalam keadaan terbalik 180 derajat.

Yah, pesawat kami terbang dalam keadaan terbalik. Dan Kalian bisa bayangkan bagaimana keadaan kami dalam pesawat?

Aku langsung memegang lengan kursi erat2 agar badanku tidak terhempas ke langit2. Barang2 penumpang yang tadinya terjatuh di lantai kini berhamburan di langit-langit pesawat. Melayang-layang.

Tiba2 aku melihat Sebuah koper kecil terbang ke arah ku dengan kecepatan tinggi. Segera aku menunduk hingga koper itu mengenai bangku dan terlempar ke belakang.

Hampir saja!!

Astagfirullah, kalau saja aku tidak menghindar mungkin kepala ku ini sudah jadi perkedel.

Aku menelan ludah. Badanku gemetaran. Sumpah, Aku takut setengah mati.

Seorang ibu2 menjerit ketika sabuk pengamannya lepas. Ibu2 itu terhempas ke langit-langit dan kepalanya berdarah ketika menghantam bagasi pesawat.

Disusul seorang pemuda dan bapak2 ikut terhempas ke langit2.

Pemuda yang satu masih lebih beruntung sebab ia spontan memegang lengan kursinya dengan kedua tangan hingga ia tidak sempat membentur langit-langit.

Aku melihat pemuda itu melayang seperti layang2 yang di ikat ke udara.

Aku panik dan ketakutan sekalih. Untung sabuk pengaman yang mililit tubuh ku kencang dan tidak rusak.

Posisi kami penumpang pesawat kini seperti ikan asin yang di gantung terbalik di atas loteng.

Rambut, tangan dan kaki kami terjuntai.

Tanganku terus memegang lengan kursi..

Ya Allah kenapa dengan pesawat ini?

Apa kami akan selamat?

Entah lah.

Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan kami saat ini.

Hanya jika Allah masih memberi kami kesempatan untuk hidup. Andai saja...

Disaat2 seperti ini, menjelang kematian, aku langsung meneteskan air mata. Aku takut mati. Yah, aku takut sekalih. Masih banyak dosa yang ku perbuat. Masih banyak impian ku yang belum aku wujudkan. Aku bahkan belum sempat bertobat atas dosa2 yang telah aku lakukan semenjak aku hidup.

Disaat begini, muncullah penyesalan. Terlalu banyak waktu ku terbuang sia2. Sekarang ajal akan datang menjemput.

"Kematian adalah bagian dari hidup"

Yah, mungkin ini saatnya.

Mungkin inilah saatnya aku meninggalkan dunia ini.

Ibu, Ayah, maafkan aku jika aku belum bisa jadi anak yang berbakti buat kalian. Maafkan jika aku lebih banyak membuat kalian susah dengan kelakuan dan sikap ku yang terkadang membangkang dibanding membuat kalian senang.

Maafkan aku.

"Sayap kapal.. Sayap kapalnya.." Seorang pria yang duduk di dekat jendela darurat tiba2 berteriak. "Sayap pesawat terbakar. Aku melihat api. Aku melihat petir menyambar sayap pesawat. Matilah kita.. Matilah kita.."

Hah? Oh, cukup sudah. Kali ini kami benar2 tamat!!!

Masih dalam keadaan terbalik, aku mencoba melihat ke jendela. Melihat sayap kapal kami yang katanya terbakar karena tersambar petir.

Hujan dan badai angin di luar sana kencang sekalih. Terlalu gelap untuk melihat ke luar dari posisi tempat ku duduk.

Aku hanya berharap pria tadi salah.

Kemudian, Tidak berapa lama pesawat perlahan berbalik kembali ke posisi semula. Tidak lagi terbalik. Barang2 yang tadinya di langit2 kini jatuh kembali ke lantai pesawat.

Kami semua langsung tersentak di tempat duduk kami masing2 saat pesawat kami terbang kembali dalam keadaan normal.

Beberapa penumpang yang pingsan yang terhempas tadi ke langit2 kini jatuh ke lantai pesawat dengan bunyi "Buuum" yang keras dan terdengar mengerikan.

Dan aku sadari pesawat kami sekarang sudah terbang melewati awan hitam dan badai mengerikan tadi.

Semua kembali normal.

Pesawat tidak lagi berguncang. Pesawat tidak lagi terbalik. Alhamdulillah ya Allah. Aku berkali-kali mengucap syukur dalam hati. Terima kasih ya Allah. Masa2 sekarat telah lewat.

Mungkin.

Dua Pramugari dan satu awak kapal segera berdiri dan menghampiri jendela darurat. Kurasa mereka mengecek dan mengamati sayap kapal yang katanya terbakar. Salah satu awak kapal berbicara di Walking Talk melaporkan keadaan sayap pada pilot di depan.

Dan dari tempat ku duduk aku melihat lewat jendela, ternyata benar. Sayap itu sempat terbakar. Aku melihat noda hitam bekas terbakar. Sayap itu lah yang menyebabkan pesawat ini oleng dan terbalik tadi.

Ternyata Pesawat kami terbalik di sebabkan sayapnya yang tersambar petir dan kehilangan kendali.

selebihnya semua baik2 saja.

Tapi masih ada satu masalah.

Beberapa penumpang banyak yang cedera parah. Kepala bocor. Leher patah karena terkena koper yang melayang. Tangan patah. Ada yang pingsan kehabisan oksigen saat turbulance dan masih banyak lagi cedera yang lain.

Dan asal kalian tahu, ada penumpang satu yang....meninggal.

Yah, meninggal.

Dia adalah Seorang bapak2 yang ketika pertama kali lepas landas kena serangan jantung di depan pintu toilet pesawat. Dan seorang wanita muda lah yang pertama kali menemukannya terbaring lemas depan toilet.

Bapak2 itu pula yang menabrak ku saat di ruang tunggu bandara. Ia berlalu begitu saja tanpa minta maaf padaku. Dan sekarang ia telah meninggal dunia. Aku harap arwahnya tidak gentayangan dan menghantui ku sebab aku belum memaafkannya atas perbuatannya di ruang tunggu. grin emotikon

Pramugari mencoba menenangkan kami. Pilot pesawat pun mengumumkan bahwa kami akan mendarat darurat di bandara terdekat.

Beberapa awak kapal membantu pramugari mengevakuasi penumpang yang terluka dan pingsan.

Suasana pesawat seolah berubah menjadi rumah sakit. Rintihan, tangisan dan kepanikan dalam pesawat tak ubahnya seperti kamar bangsal di dalam rumah sakit.

Setengah jam kemudian pilot mendaratkan pesawat ini di bandara Juanda, Surabaya.

Kami semua penumpang di tuntun turun satu Persatu oleh Team medis bandara yang sudah menunggu di luar pesawat.

Beberapa ambulans mengelilingi pesawat kami saat pesawat ini mendarat di bandara.

Team medis bergerak cepat dan hati2 menangani penumpang yang terluka.

"Di sebelah sana ada satu penumpang yang meninggal." Kata pramugari pada Team medis yang berlari melewati bangku tempatku duduk.

Aku masih saja duduk di tempatku.

Aku masih syok dengan apa yang baru saja terjadi pada kami.

Semua berlalu begitu saja. Semua kejadian ini seolah jadi peringatan buat kami.

Segera setelah turun dari pesawat aku sujud syukur. Aku menangis hebat. Menangis mensyukuri bahwa Allah masih memberikanku kesempatan untuk hidup.

Satu hal yang aku pahami dari semua ini adalah: "jangan pernah sia2kan waktumu. Sebab kematian bisa datang kapan saja."

"Kematian adalah bagian dari hidup"

Persiapkan dari sekarang!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar