Sabtu, 31 Oktober 2015

 
Safe Fligth"
(Based on a true story)
Cerpen by Fadly Affandy.

Aku merapikan beberapa sertifikat yang jatuh berserakan di lantai. Seorang bapak2 yang tidak bertanggung jawab baru saja menabrak ku dan menjatuhkan sertifikat yang aku pegang. Bukannya meminta maap dan membantuku memungut lembar2 sertifikat yang jatuh malah ia tetap berjalan terburu-buru tanpa menoleh sendikitpun padaku.

Dalam hati aku mengumpat dan marah2. Ada juga yah orang seperti itu. Nabrak dan Berlalu begitu saja Seperti Tidak punya perasaan?

Petugas bandara yang melihat kejadian itu tiba2 datang menghampiriku dan membantuku merapikan sertifikat yang masih berserakan di lantai lobi ruang tunggu keberangkatan bandara.

Seorang petugas wanita. Anita namanya. Aku bisa melihat dari papan nama yang bertengker di dadanya (hei, jangan berpikir macam2. Papan nama memang sering tertempel di dada. Hahah).

"Terima kasih, mba" kataku sesaat setelah kami berdua berdiri dan sertifikat yang tadinya bertebaran kini sudah tersusun rapi dalam dekapan ku.

"Iya sama2. Mas mau kemana?" Tanya Anita.

"Aku mau ke Padang. Pesawat jam 4 dini hari. Garuda"

"Oh, pesawat ke Padang kelihatannya delay karena cuaca di luar kurang bersahabat. Sekarang sudah hampir jam 5"

"Yah sepertinya begitu". Aku menatap kursi di belakangnya. "Boleh aku duduk?" Kataku canggung, seolah ingin mengakhiri pembicaraan ini karena aku sudah sangat lelah. Bayangkan aku harus bangun jam 12 malam untuk berangkat dinas luar kota ke bandara menuju Padang dan pada akhirnya pesawat yang akan aku naiki ternyata delay hampir satu jam. Di tambah insiden kecil barusan. Dan sekarang di hadapan ku ada seorang petugas bandara wanita yg mencoba berakrab ria denganku. Hei, Bukannya aku tidak tau terima kasih, tapi sumpah aku lelah sekalih. Tidak ada waktu untuk bercuap-cuap. Aku ingin sekalih merebahkan diriku di bangku ruang tunggu.

"Oh iya, maafkan saya Mas. Baik, silahkan duduk. Saya juga akan kembali ke tempat saya bertugas". Kata Anita jadi kelihatan kikuk melihat sikapku yang seolah mengusirnya.

Ketika wanita bertubuh langsing dan tinggi itu pergi tiba2 ada perasaan bersalah menghampiriku. Tapi mau bagaimana lagi, aku sangat lelah.

Aku langsung merebahkan diriku di bangku panjang. Beberapa sendi di punggungku nampak bergemelutuk menandakan betapa lelahnya badan ini. Aku meregangkan tanganku ke atas, dan menguap lalu tidak berapa lama akupun tertidur pulas.

Entah berapa lama aku tertidur yang pasti aku bangun begitu mendengar suara seseorang membangun ku.

Anita.

Dia lagi. Aku bangun ketika melihat Anita berdiri di depan bangku yang aku pake untuk rebahan.

"Pesawatnya sudah datang, Mas Fadly." Kata Anita.

"Sudah datang? Oh astagafirullah. Aku tertidur". Aku buru2 bangun dan merapikan tas ransel ku dan beberapa camilanku yang tergabung dalam kantong kresek yang di dalamnya ada minuman wajib kalau aku berangkat naik pesawat, Starbuck rasa lemon tea.

Aku berjalan terburu buru dan mendengar pengumuman di pengeras suara kalau pesawat Garuda menuju Padang Sudah mau berangkat tinggal menunggu satu penumpang yang telat yang tidak lain dan tidak bukan adalah diriku.

Saat aku akan berjalan menuju pintu keluar menuju pesawat tiba2 aku berhenti dan berbalik menatap Anita yang berjalan di belakangku. Lalu aku berkata padanya:

"Tunggu dulu, bagaimana kamu tau namaku?"

***

"Selamat datang bapak, selamat terbang bersama kami Garuda Indonesia, saya Yuni yang akan melayani bapak selama perjalanan ini" kata Seorang pramugari menyambutku di mulut pintu pesawat.

Hei, Apa dia mengatakan pada semua penumpang begitu? Bayangkan kalau penumpang ada 200 orang? Berarti dia akan mengulang ucapan selamat datang itu 200 kali pada setiap penumpang? Ohhh, Aku jadi berpikir dua kali jika aku punya anak perempuan nanti untuk menjadikannya pramugari. Hahahah.

Aku tersenyum kecil pada pramugari itu sambil lalu dan mencari tempat duduk ku yg sesuai tertera di sobekan tiketku. 13 B.

Bagus! Angka 13. Angka Keramat bagi sebahagian orang. Tapi buatku itu tdk jadi soal. Itu hanya legenda atau mitos buatan dan khayalan manusia kuno. Sekarang zaman internet, dimana Path, Facebook, instagram sudah menjadi budaya.

Akhirnya aku dapat tempat dudukku, tepat di dekat jendela darurat. Nah, ini jauh lebih baik. Jadi kalau ada apa2 aku orang yang paling pertama terjun dari jendela pesawat tanpa perlu berdesakan dan berebutan dengan penumpang lain. Iya, benarkan? Aku pake logika saja. Bukankah kita tidak tau apa yang bakal terjadi kedepannya? Jadi Mending kita memperkirakan kemungkin2 terburuk supaya kita bisa mengambil tindakan kalau2 hal buruk itu terjadi. Bener gak?

Saat akan duduk, tiba2 tanganku menyenggol sesuatu yg tajam hingga jari telunjuk ku berdarah. "Ahhhh" aku melihat setetes darah segar segera keluar di ujung jari telunjuk ku.

Aku emut jari ku agar menghentikan pendarahaannya.

Ini semacam firsat kah atau pertanda?

Oh, ayo lah, ini bukan seperti di film2. Kau mendapat penglihatan sebelum kau mati? Jangan bercanda. Pesawat ini akan baik2 saja.

Tdk ada yg perlu di khawatirkan! OK?

Tapi ternyata aku salah.
Pesawat ini bisa saja jadi pesawat terakhir yg aku naiki dalam hidupku.

Siapa yg tahu?

***

Lampu tanda mengenakan sabuk pengaman tiba2 menyala. Aku yang awalnya mau berdiri untuk buang air kecil ke toilet tiba2 di hentikan oleh pramugari.

"Bapak maap, lampu tanda mengenakan sabuk pengaman menyala. Itu artinya bapak tidak boleh beranjak dari tempat duduk sampai lampu tanda pengaman mati."

Aku sudah sangat kebelet tapi apa daya hanya bisa mengangguk dan mengikuti perintah pramugari bertubuh langsing dan tinggi itu.

Ku pasang sabuk pengaman dan ku erat kan di pinggangku. Sesaat kemudian tiba2 aku mendengar samar2 keributan di bangku bagian belakang dan di susul suara tangis dan histeris seorang penumpang yang lain.

Ada apa itu?

Aku ingin menengok ke belakang tapi tidak bisa karena pinggangku terlanjur terlilit sabuk pengaman.

Kulihat penumpang barisan tempatku duduk pun sama penasaran dan mulai menengok ke sumber suara keributan.

Dua orang pramugari berlarian kecil melintas dan bergegas menuju keributan. Aku sempat mendengar salah satu pramugari mengatakan "Dia sakit. Entahlah mungkin serangan jantung".

Aku mengernyitkan dahi. Serangan jantung? Siapa? Aku Makin penasaran. Dan Dari pengeras suara tiba2 terdengar pilot mengabarkan kalau pesewat kami akan menembus cuaca buruk. Jadi semua penumpang diharapkan mengenakan sabuk pengaman.

Bagus, kali ini benar2 membuatku panik. Cuaca buruk dan keributan penumpang di belakang serta histeris seorang wanita? Oh, ayolah. Ini tidak mungkin terjadi. OK? Semua akan baik2 saja. Santai.

Tapi aku tetap tidak bisa santai. Karena penasaran, akhirnya aku cabut sabuk pengamanku, berdiri dan berjalan menuju keributan.

Saat tiba di sumber keributan aku melihat Beberapa penumpang lainnya dan tiga pramugari nampak mengerumuni seseorang yang terbaring Lemas di depan toilet. Seorang bapak2 paruh baya. Dengan rambut sudah memutih sebagian sedang tergeletak lemas. Kenapa dengan bapak itu?

"Dia sudah begini saat aku menemukannya" kata seorang gadis, salah satu penumpang. Gadis itu mengenakan T-Shirt Merah dengan dilapisi sweeter putih dan ia mengenakan Jeans seperempat. Ia tampak syok dan terisak. Lebih tepatnya ketakutan.

"Apa dia masih hidup?"
"Entahlah" kata Pramugari. Pramugari itu nampak sedang memegang pergelangan bapak itu, sepertinya ia memeriksa denyut nadi.

"Ada apa sebenarnya ini?"
"Kenapa pria itu?"
"Dia sakit kah?"

"Coba semua mundur. Beri ruang untuk bapak ini" kata pramugari yang satu. Lalu ia berdiri dan berkata kepadaku, "Dan kamu, apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa tidak kembali ke tempat dudukmu?"

"A..aku.. Hhhhmmm, ingin melihat apa yang terjadi di sini?" Jawabku. "Siapa tau ada yg bisa aku lakukan untuk membantu bapak itu."

Pramugari itu menatapku, "Kamu ingin membantu?"

Aku mengangguk.

"Kembali lah ketempatmu duduk dan kenakan sabuk pengamanmu, dengan begitu kamu sudah cukup membantu."

Aku terdiam sesaat.

"Ayo, tunggu apalagi? Sudah cukup masalah bapak ini. Jangan sampai Kamu menambah masalah lagi. OK?"

"OK" aku kembali ketempat duduk.

Lalu, menit berikutnya aku mendengar pramugari berbicara di pengeras suara mengatakan kepada penumpang apa yang sedang terjadi di belakang tadi. Dan ia meminta tolong kepada para penumpang yang berprofesi Dokter atau semacamnya agar membantu bapak tadi yang sedang pingsan di depan toilet untuk diperiksa.

Seorang ibu2 agak berbadan subur mengangkat tangan. Ia mengenakan kaca mata yg lumayan tebal kacanya yg entah berapa minusnya. Kaca matanya mirip pantat botol tebalnya. Mungkin dia seorang Dokter atau semacamnya.

Segera ibu dokter itu berdiri dan menghampiri bapak2 tadi yang sedang tergeletak di depan toilet di ikuti seorang pramugari di belakangnya.

Isak tangis dari wanita yg menemukannya masih terdengar. Kudengar ibu dokter itu menekan beberapa kali dada bapak2 itu untuk menstabilkan denyut jantungnya. Lalu ku dengar ia memberikan napas bantuan. Suasana hening. Ketegangan benar2 terasa saat itu. Penumpang yang lain masih memasang wajah2 penasaran dan ketakutan. Bahkan ada yang berbisik tepat di bangku belakangku, "kenapa dia? Jangan2 dia sudah meninggal?"

Aku gemetaran di tempat dudukku. Oh, Tuhan. Ini tidak benar2 terjadi padaku kan? Ini mimpi kan? Ini tidak nyata. Tidak nyata. Aku mencubit lenganku untuk memastikan ini cuman mimpi. "Aaauuu" aku menjerit kecil. Ternyata ini nyata. Bukan mimpi.

Bagus.

Aku menghela napas panjang dan menghembuskannya. Ayolah, Fadly, semua akan baik2 saja. Bapak itu akan siuman dan semua akan kembali Seperti semula.

Tapi dugaan ku salah.

Beberapa menit kemudian aku mendengar pramugari memanggil satu awak kapal laki2 dan dua orang penumpang untuk menggotong bapak2 itu menuju ruang kabin staf kapal di depan dekat ruang pilot.

Bapak2 itu berbadan besar dan subur makanya butuh tiga orang untuk mengangkatnya. Sewaktu di angkat melewati bangku tempat ku duduk aku melihat wajah bapak2 itu sudah pucat dan membiru. dan aku mengenalnya, dia bapak2 yang menabrak ku saat di ruang tunggu. Yah aku ingat sekalih. Sekujur tubuhku spontan merinding. Apa dia baik2 saja? Apa bapak itu sudah....

Oh. Tuhan.

Aku memejamkan mataku. Aku Beristigfar beberapa kali. Ya Allah, ada apa ini?

"Dia meninggal, aku tahu." Bisik penumpang di sampai ku. "Kalau kulit sudah memucat dan membiru itu berarti kemungkinan kecil untuk hidup."

Aku menatap pria di sampingku. Ingin sekalih aku menonjok mukanya. Perkataannya itu bukannya menenangkanku, malah makin membuatku ketakutan.

Aku diam saja tidak menanggapi kata2 pria di sampingku.

Menit berikutnya pesawat berguncang pelan. Awalnya sekali. Lalu di lanjutkan dengan guncangan yang agak lama membuat kedua tanganku memegang lengan kursi keras2.

Oh, komplit sudah. Ada penumpang sakit yg hampir mati dan sekarang Pesawat kami menembus cuaca buruk.

Guncangan berhenti sesaat. Tapi berikutnya guncangan yang lebih hebat lagi menyusul membuat beberapa bagasi tempat kami menaruh tas terbuka.

"Semua duduk... Akan terjadi turbolance" teriak pramugari yang segera ikut duduk di kursinya.

Pesawat beberapa kali berguncang hebat. Smua penumpang berteriak dan histeris. Jantung ku berdegup hebat. Aku memejamkan mata. Aku berdoa sejadi jadinya.

Menit berikutnya apa yang terjadi adalah pertaruhan nyawa hidup dan mati kami.


To be continue!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar