Sabtu, 27 Oktober 2012

PAPUA kerajaan masa KECILKU


Hujan sore mulai turun perlahan membasahi tanah. Udara dingin diam-diam menusuk kulitku. Suasana desa begitu menyejukkan sanubari. Kututup novel 5cm di pangkuanku, novel yg belakangan menjadi sahabatku di waktu senggang, dan mulai mendongakkan kepalaku keluar jendela.

Rintik-rintik hujanpun jatuh satu persatu menempel di kepalaku, masuk diantara celah-celah rambut dan membasahi kulit kepala. Rasa segar yg luar biasa seketika terasa sampai ke Hati.

Sudah begitu jengahnya mata ini melihat hiruk pikuk kota Makassar, skrg saat nya
Memanjakan indra penglihatanku dengan pemandangan desa yg sangat asri dan sejuk.

Kupejamkan mata, menarik napas perlahan, ahhh,, sejuk sekalih. Aku suka sekalih udara sore di pedesaan yg ku hirup masuk kedalam tubuh ini melalui hidung. Sangat menenangkan jiwa yg rapuh...

Belum lama aku menikmati suasana sore itu, beberapa ponakan tampak berlarian di bawah sana, berkejaran menikmati mandi hujan. Tertawa lepas, sesekali saling dorong dan tertawa lagi. Dari tempatku duduk dia atas rumah panggung, rumah adat kabupaten Barru, aku tersenyum melihat mereka.

Senang sekalih melihat ponakan-ponakan yg kumpul di saat hari Raya idul Adha ini. Mereka sangat suka mandi hujan. Aku jd ingat, semasa kecil, seumuran mereka, akupun kerap kali menyambut hujan dengan suka cita.

Papua..

Yah, disana lah aku di lahirkan...
Lucu memang, aku yg berkulit putih, dan rambut lurus ini akan sangat sulit di percaya klo aku adalah seorang anak yg lahir di jayapura, atau yg skrg lbh di kenal dengan papua.

Di sana, aku lahir dan di besarkan hingga menghabiskan bangku SMP.

Masa kecilku tiba-tiba menyeruak di permukaan. Aku tersenyum, mengingat betapa aku dulu begitu mencintai tanah kelahiranku. Aku bergaul dengan pribumi, suku papua yg kelihatan sangar atau sadis secara kasat mata. Tapi semua itu hanya dugaan semata, prasangka itu lenyap begitu saja mana Kala kita bergaul dan lebih mengenal mereka.

Semua kisah masa kecilku tersimpan rapat di buku memori kecil di hati ini. Aku tdk menyesal atau malu dengan kenyataan bahwa aku lahir di papua. Aku tdk segan memperlihatkan KTP ku yg tertulis jelas kota kelahiranku PAPUA. Atau ketika di tanya kota kelahiranku, aku dengan lantang akan menjawab "aku anak papua, lahir di jayapura, kota yg membesarkanku.."

Sebuah tanah basah tiba-tiba mempel di T-shirt Ku, membuyarkan lamunanku.

"Ayo turun om.." kata fikar, salah satu ponakanku sambil melempar segenggam lumpur. "ikut mandi hujan.." teriaknya.

Ponakan yg lain ikutan melempar.

"hei, hentikan.." aku tertawa dan menjahui jendela. "kamar nenek bisa kotor klo kalian lempar dengan lumpur"  

Mereka tidak mendengarku, Mereka terus melempar dan berteriak, "ayo om turun, mandi hujan.."

"ok.. Ok.." aku menyerah. "hentikan melempar lumpur. Om segera turun.."

Aku segera melepas celana jeans ku, membuka baju ku, kemudian dengan boxer berwarna hitam, aku turun dan bergabung dengan sepuluh ponakakanku yg langsung bersorak Kegirangan saat melihat aku bergabung dengan mereka.

Kami berlarian sepanjang halaman belakang rumah yg luas yg masih di tumbuhi beberapa pohon liar. Aku mengambil Bola pelastik yg tersangkut di rumah pohon tempat ponakanku jadikan 'kerajaan' mereka, dan mulai menendang bola di ikuti ponakan yg berlarian di belakangku..

Suara tawa dari mulut mereka membahana diantara desiran angin dan hujan sore itu.

Satu hal yg teringat, adalah masa kecilku, tubuh ini boleh usang di makan waktu, tapi jiwa ini tetap muda, terbang Jahu ke masa kecilku disana, di kota kelahiranku, PAPUA..

Barru, 27 okt 2012.


*special thanks buat teman2 yg sdh komen di Facebook:

Trismeigawati Tasman Bagus.... Bagus .... Kapan smua cerita mu d Buku kan
Siska Agustina Nice....
:D
:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar