TEMPO.CO ,
Jakarta: Muhammad
Syamsi Ali telah 16 tahun tinggal di New York, Amerika Serikat. Bukan
sekadar warga biasa. Ayah lima anak ini adalah imam dan Ketua Yayasan
Masjid Al-Hikmah, yang didirikan muslim Indonesia di Astoria. Ia juga
Direktur Jamaica Muslim Center di Queens.
"Sebentar, saya ambil kopi dulu.” Kata Muhammad Syamsi Ali sambil menuju meja di
pinggir ruang VIP di Mulia Business Park, Pasar Minggu, Jakarta, saat ditemui wartawan Tempo. Ia
kembali membawa secangkir kopi panas. "Silakan ngopi juga,” ia
menawarkan. "Di New York, saya sering minum kopi di Starbucks, tapi saya
tetap suka kopi Indonesia.”
Sejak serangan 11 September yang merobohkan World Trade Center dan
mengoyak Pentagon, nama Syamsi Ali kian populer karena beragam kegiatan
antar-imannya. Ia rajin mengenalkan Islam ke gereja dan sinagog. Ia juga
bekerja sama dengan kelompok Yahudi dan Kristen.
Dia bisa menjadi imam di New York berkat undangan Duta Besar
Republik Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) saat itu,
Nugroho Wisnumurti. "Saya bertemu Pak Nugroho di Jeddah, Arab Saudi,”
kata Syamsi Ali kepada Tempo. "Kebetulan waktu itu saya tidak betah
mengajar di Islamic Education Foundation Jeddah (yayasan pendidikan
milik Amir Mamduh, adik Raja Fahd) karena adanya diskriminasi".
Pada 2006, namanya masuk daftar tujuh pemimpin agama paling
berpengaruh di New York oleh New York Magazine. Ia merupakan satu dari
100 orang penerima 2009 Ellis Island Medal of Honor Award, penghargaan
non-militer tertinggi yang diberikan kepada imigran yang memberikan
kontribusi besar kepada masyarakat Amerika dan dunia oleh Organisasi
Koalisi Etnik Nasional.
HERU TRI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar