Jumat, 24 Agustus 2012

SPY BoY | episode pertama | PENGINTAIAN

Malam itu adalah malam yang tidak bisa aku lupakan. Petualangan ini dimulai ketika aku dan rafih sobat kentalku yg sekaligus teman kampus, masuk dan menyelinap di Rumah pak Tatang, si tua bangka yg merangkap sebagai Dekan 01 di kampus.

Kalian tak perlu aku beritahu apa yg kami cari dirumah pak Tatang pada malam itu. Yang pasti sesuatu yg bahkan kami sendiri belum mengetahuix.

Loh kok bisa?
Ceritanya seperti ini:
Cerita bermula pada Suatu ketika Rafih ditelepon oleh seseorang yg misterius yg menawarkan suatu misi rahasia dengan iming-iming uang yg banyak.

Uang yang begitu banyak...

Sebagai DP, rafih dan aku dibelikan motor keluaran terbaru KAWASAKI yg bahkan belum ada di indonesia. Buset... Terang saja kami tergiur. Dan Ini baru gift saja. Belum upah yg sebenarnya.

Tugas kami apa?

Misinya sederhana: kami disuruh menjadi "SPY BOY" semacam agen mata2. kami hnya di suruh mengawasi si tua bangka bernama Pak Tatang selama seminggu, lalu berbagai intruksi kami ikuti melalui via telpon dari seseorang yg tdk pernah kami tahu, siapa dan dimna dia berada. Orang yg menyuruh kami sangat merahasikan identitasnya. Selama misi ini kami jalankan, bahkan kami tdk pernah bertemu dgn org ini. Tapi semua misi kami jalani hanya lewat intruksi by phone.

Hinggah akhirnya, malam itu kami punya misi terakhir: masuk ke dalam rumah pak Tatang saat tua bangka itu tdk dirumahnya, untuk mengambil beberapa "berkas" misterius yg tidak BOLEH kami buka dan baca isix.

Sederhana?

Aku rasa lebih tepatnya, "berbahaya" dan terlalu beresiko. Itu menurutku.
Tapi tdk buat temanku Rafih.
Rafih, benar2 gila. Dialah yg paling bersemangat menjalani misi ini. Dia dengan segala imajinasinya sangat menikmati petualangan ini. Anak yg aneh.

Ok, baiklah, Aku akan menceritakan misi terakhir kami saat masuk kerumah pak Tatang pada malam itu.

Aku dan rafih memang berhasil masuk ke rumah pak Tatang. Smua berjalan lancar, kami diam2 menyusup lewat belakang, masuk melalui jendela dapur. Mengendap-ngendap dalam rumah hingga ke lantai dua. Dan kami tdk terlalu sulit mencari ruang kerja pak Tatang karena Rafih sudah begitu hapal denah rumah ini. Dia kan sudah seminggu lebih mengintai rumah ini. jd tdk begitu sulit lah buat kami.

Berkas rahasiah yg kami cari itu hampir kami dapat, seandainya saja pak Tatang malam itu tidak kembali lebih awal ke rumahnya. Yah, Rafih salah prediksi. Ia mengira pak Tatang pada malam itu pulang skitar jam 12 malam seperti biasax saat kami mengintaix seminggu penuh kemaren. Tp, nyatax malam itu, si tua bangka itu malah pulang lbh awal saat kami masih didalam rumahnya, mengobrak abrik ruang kerjanya mencari berkas rahasiah itu.

Walhasil, aku dan Rafih kelagapan Karena kami msh di dalam rumah pak tatang dan belum mendapatkan apa yg kami cari.

Berkas rahasiah itu belum kami dapat.

Dan satu lagi masalah, kami musti cari jalan keluar sebelum pak tatang masuk kedalam rumahnya. Krn saat itu situa itu sdh ada dihalaman depan rumah. Dan tdk mungkin kami keluar lewat pintu depan dan menyapa pak tatang dengan berkata: "hai pak tatang, selamat malam, aku dan temanku baru saja masuk diam2 kerumah bapak tanpa izin. Dan terima kasih, sekarang kami mau pulang"

Gak mungkin kan?

Makanya, aku dan Rafih gelagapan mencari cara bgmna kami harus keluar dari rumah itu tanpa di ketahui pak tatang.

Dan akhirx, kami memutuskan untuk keluar lewat: oh.. Sebenarx aku berat mengatakan ini, ATAP.
Yah, benar, kami akan keluar melewati ATAP rumah yg penuh dengan debu dan bahkan mungkin berbagai binatang melata ada di sana..

Secepat kilat, aku dan Rafih naik ke atas Atap bersamaan dengan masuknya pak tatang ke dalam ruang kerjanya.
Dan nyaris saja ia melihat kakiku saat aku menutup kembali atap tempat kami lewat seperti seekor tikus yg masuk ke dalam sarangnya.

Dari tempat persembunyian, Kami mendengar tua bangka itu sedang berbicara di telpon sembari membuka laci di meja kerjanya.
Aku dan rafih mengintip dari celah atap.
Kami diam membisu. Hening. Bahkan aku bisa mendengar detak jantungku yg berdegup kencang.
Keringat membasahi dahiku.
Sumpah, aku begitu gugup.
Aku tak tahu apa yg ada di kepalaku.
Ini terlalu berbahaya dan beresiko.
Benar2 gila.

Aku baru menyadari misi ini terlalu berbahaya...

Dua anak remaja menyelinap masuk rumah orang tanpa izin dimalam hari dan akan mengambil beberapa berkas yg bahkan tdk tau apa isinya.

Ini tindakan kriminal.
Dan aku sdh ribuan kali memperingati Rafih, temanku yg gila itu, bahwa kita tdk usah melakukan hal bodoh ini.
Tapi ia selalu mengatakan, "kau ini cowok atau apa? Kau tau, Ini benar2 luar biasa. Ini misi yg menantang. Ini seperti di filem2. Ingat, kita sudah di berikan motor KAWASAKI terbaru yg bahkan anak presiden di indonesia pun belum punya. Sebentar lagi kita akan kaya, mungkin juga kau akan mendapatkan mobil impianmu yg bahkan harganya bisa mencapai 100 kali lipat dari harga rumahmu. Wow.. Kita di janjikan uang yg banyak, impian didepan mata..."

"Yah, tapi oleh orang yg sama sekalih kita tdk tahu siapa dirinya? Bagaimna klo ini penipuan? Lalu berkas itu apa? Untuk apa?"

Dan rafih menjawab: "kita tidak akan pernah mengetahuinya klo kita tdk menjalankan misi ini.."

"Yah, aku berani bertaruh misi ini akan membawa kita berakhir di jeruji besi.." Teriak ku saat itu.

Semua itu masih misteruis dan benar2 membuatku gila.

Kembali ke malam itu.
Kami terus mengintai pak tatang yg terus berbicara di telponnya sambil membuka lacinya. Sepertinya ia mencari sesuatu. Tapi apa? Jangan2 berkas yg kita cari?

Lalu tiba2 sesuatu menyita perhatianku.

Dari atas atap ini aku melihat sesuatu tergeletak tepat di sudut ruangan, dekat salah satu rak buku.
Sesuatu yg membuat ku merinding ketakutan.

Sebuah senter.
Aku merogoh kantong celanaku, astagfirullah, itu senterku.
Senter itu milikku. Senter itu jatuh saat aku dan rafih naik ke atas atap.
Aku tidak meyadarinya.

Gawat.

Bgmna klo pak tatang melihat senter itu? Bgmna klo ia menemukan senter itu? Klo smpai itu terjadi habislah kami. ia akan tahu bahwa baru saja seseorang menyelinap masuk ke dalam rumahnnya...

Aku melirik ke arah rafih. Dan ia juga sudah menyadari hal itu.
Kami saling memandang. Dan ia tahu apa yg ada dalam benakku.
Rafih tahu ketakutan apa yg sedang kita hadapai: "senter itu harus diamankan"

"Senter itu tidak boleh di lihat oleh pak tatang" bisik rafih.

"Ta..tapi bgmna carax..??" Aku berbisik pelan sekalih di telinganya.

Rafih tampak berfikir.
Tiba2 ia mengeluarkan hpx dan mulai menelpon seseorang.
"Apa yg kau lakukan? Kau tlp siapa?" Tanyaku, msh berbisik.
"Ssssstt.." Rafih menyuruhku diam.

Diluar dugaanku, telpon rumah pak tatang tiba2 berdering di lantai satu.

Aku langsung mengerti.
Rafih menelpon rumah pak tatang untuk menarik perhatian.

Cerdas..

Dan ketika pak tatang turun kebawah kelantai satu untuk menjawab tlp rumahx, secepat itu pula rafih menyuruhku turun, "cepat ambil senter itu" bisiknya. Tanpa komando lbh lama, aku turun dari atap lalu menyambar senter itu.
Aku masukkan senter itu kedalam saku celanaku dan saat hendak naik kembali ke atap, tiba2 pinggulku sempat menyenggol ujung meja kerja dan beberapa tumpukan buku diatas meja itu nyaris jatuh ke lantai klo saja tidak secepat kilat aku tangkap dgn kedua tangan.

"Huuft" nyaris saja.

Rafih melihat adegan itu, dan memarahi kecerobohanku.

"Apa yg kau tunggu cepat naik ke sini"
Aku meletakkan buku itu kembali.
Saat aku hendak naik kembali ke atap, langkah ku terhenti.

Aku mendengar langkah kaki pak tatang di depan pintu ruang kerjanya.

Ternyata Pak tua itu tdk turun, melainkan berdiri sj di depan pintu ruang kerja??

"Apa yg kau tunggu?? Cepat kesini" kata Rafih.

Aku menatap Rafih yg melongo diatas atap, lalu menatap kearah pintu.

tak ada waktu untuk kembali ke atap.
Tanpa berpikir panjang, aku bukanx kembali ke Atap, malah melompat keluar jendela dan bersembunyi di atas genteng sebelah jendela.

"Dasar bodoh.." Ujar Rafih sembari menutup kembali atap tempat persembunyian, disaat yg sama pak tatang masuk kembali ke ruang kerjanya dan mengumpat soal orang yg menelponnya di telpon rumah dan tdk mau bicara.

Aku diam disamping jendela, di bagian luar. Mudah2an tdk ada orang yg lewat dan melihatku.

Ya Tuhan, semua ini di luar skenario kami.

Bagaimana sekarang?
Apa yg musti aku lakukan?
Aku bisa sj lari turun lewat genteng dengan selamat tanpa di ketahui si tua bangka itu..

Tapi bgmna dgn Rafih?
Ia masih tertinggal di dalam, diatap ruang kerja.
Aku tak mungkin meninggalkannya...

Misi ini misi kami berdua. Jadi apapun yg terjadi kami harus tanggung bersama. Kami satu team. Spy Boy. :D

Lalu tiba2 aku dapat ide.
kenapa aku tak mencoba cara yg di lakukan Rafih tadi?
Tapi tidak dengan telpon, tapi dengan bell pintu depan rumah si tua bangka itu. aku akan turun dan membunyikan bell pintu dan saat pak tatang turun, saat itulah Rafih punya kesempatan turun dari atap dan keluar lewat jendela.

Tapi bgmna dgn berkas itu? Kami bahkan belum menemukannya. Ah, itu bisa diatur. Situa itu pasti tdk akan lama. Yg penting adalah kami harus keluar dari rumah ini malam ini juga dan menjalankan plan B.

Ok... Itu gunanya plan B, jika plan A gagal.

Maka, Aku mulai turun perlahan dengan sangat hati2. Namun karena panik, tiba2 kaki ku kehilangan keseimbangan, lalu aku mulai oleng, jatuh ke genteng, meluncur ke bawah kemudian aku jatuh ke tanah dengan bunyi "buuukk" yg cukup keras dan menarik perhatian..

aku jatuh dgn punggung mendarat terlebih dulu ditanah.. Aku bisa merasakan bunyi tulang punggungku seakan retak dan remuk. Sakitnya hingga ke kepalaku. Membuat pandanganku kabur, Kepalaku pening.

Dan tiba2 semua menjadi gelap.

Satu hal yg aku pikir saat itu adalah:

Tamat sudah riwayatku...

Bersambung...
****

Ikuti SPY BoY episode kedua. "PELARIAN YG PANJANG" hanya di blog ini.
dan terima kasih buat teman2 yg sudah komen di Facebook:

Viel Ares Kak Fadly Kapan Sambungannya,,?
Mala Primela Lala keren kak...
Lanjutkan...!!\
Lee Andrian Pio Imajinasi mu tinggi, , ,insyaallah menjadi penulis koMpeten & profesional. . . .saya tggu part 2 nya . . . Lebih cepat lbh bgus , , ,hehehehe
St Islam Istiqamah Bgus
g ktebk alurnya
Mala Primela Lala thx kak dah d tag..
Smbunganny tag lgi ea kak..

Selasa, 14 Agustus 2012

"Hargai orang lain, serendah apapun dia"



Aku menengok kanan kiri, berjalan perlahan menyusuri koridor yg dindingnya terbuat dari cermin yg bisa memantulkan bayangan diriku.

Di sudut lorong aku berhenti.

Seorang pelayan yg kebetulan berpapasan dengan ku menunjukkan arah kesebelah kiri tempat toilet yg aku cari.

"Makasih bu.." Kataku seraya berjalan secepat mngkn menuju toilet yg di tunjuk.

Di dalam toilet tidak ada siapa-siapa, aku seorang diri. Toilet ini cukup besar. Wajar dong, gedung yg diberi nama "Graha Pena" milik Fajar Group ini memang memiliki gedung yg cukup besar di Makassar. Jadi tdk heran jika toiletnya cukup mewah (bahkan lbh besar dari kamar tidurku sekalipun).

Tak lama, setelah buang air kecil aku kembali keluar dari toilet dan berjalan perlahan menyusuri koridor menuju ruang pesta pengantin keluarga.

Ditengah perjalanan menuju ruang pesta, ada sebuah ruangan yg mengusik perhatianku.

Ruangan itu gelap. Dan di depan pintu tertulis "selain karyawan dilarang masuk".

Tapi bukan itu yg menarik perhatianku melainkan sebuah suara tangis seorang wanita didalam ruangan itu.

Suara isak tangis.

Awalnya aku pikir, "ah, mngkn cuman sugestiku saja.."

Akupun berlalu begitu saja tanpa memperdulikannya. Belum jahu aku melangkah dari ruangan yg tertutup itu tiba2 pintunya terbuka lebar. Dan keluar seorang pria dgn setelan jas dan rambut yg disisir rapi sekalih.

Ia tampak membentak seseorang yg tidak bisa aku lihat wajahnya karena ia memunggungiku. Seorang wanita. Wanita itu menangis terisak. Tampaknya ia seorang pelayan, itu bisa ku tebak dari busana yg dikenakannya.

Pria yg tampaknya adalah atasannya itu terus membentak, mengeluarkan kata2 kasar yg tdk sepantasnya dikeluarkan oleh seorang atasan.

Aku terpaku melihat adegan itu, kakiku terasa kaku tdk mau beranjak dari tempatku berdiri.

"Apa yg kau lihat?" Lelaki itu akhirnya menghardik ku ketika melihatku memperhatikan mereka.

Aku menggeleng dan beranjak pergi, namun di belokan koridor aku berhenti dan bersandar di balik tembok, mengintip.

Tidak lama kemudian aku melihat sebuah tamparan yg cukup keras mendarat di pipi pelayan itu hingga ia jatuh tersungkur kelantai.

"Astagfirullah.." Ku tutup mulutku dgn kedua tangan. Kejam sekalih. Apa yg ada dalam pikiran lelaki itu? Ia tdk sepantasnya seperti itu.

Wanita itu msh terduduk di lantai sembari memegang pipinya dalam isak tangisnya ketika atasannya beranjak pergi meninggalkannya.

aku segera mendekati wanita itu dan membantunya berdiri.

"Anda tidak papa bu?" Kataku.

"Tidak nak.." Ibu itu berdiri dan menghapus air matanya. Ada bekas merah dipipinya. Bekas tamparan tadi.

"Pergilah.." Kata ibu itu lembut. Ia mengambil kembali sapu yg tergeletak di lantai dan mulai berjalan meninggalkanku yg msh berdiri menatap punggungnya menjahu dan menghilang di balik sebuah pintu ruangan di ujung koridor. aku termangu beberapa saat lamanya.

Hari itu aku belajar banyak dari kejadian ini.
Hidup memang keras..

Ibu itu memang hanya seorang pelayan.
tapi ia tak pantas mendapat perlakuan seperti itu.

Seekor semut mungkin terlihat tidak berdaya, tapi bisa merepotkan jika masuk ke dalam telingamu.

Sebuah duri kecil tidak berbahaya, tapi jika tertancap ke dalam daging dan tidak bisa dikeluarkan pasti akan sangat menyakitkanmu.

Begitulah dengan manusia, orang sering meremehkan orang lain berdasarkan 'sesuatu' yang mungkin kecil dan terlihat simple.

Coba bayangkan, sebuah gedung mall yang megah, jika tidak ada petugas kebersihan atau pelayan, apakah Anda bisa merasa nyaman?

Jika tidak ada bawahan, mungkinkah ada atasan?

Jika tidak ada karyawan, siapa yang jadi Boss?

Jika tidak bisa menghargai, bagaimana mungkin bisa mendidik bawahan dan menerapkan nilai-nilai kebaikan pada diri sendiri?

INGAT, Jangan Meremehkan Orang Lain!!

Sebuah pohon besar bermula dari benih bibit yang kecil. 
Tidak ada manusia yang terlahir langsung bisa berlari tanpa belajar merangkak dan berdiri.

Hargai dan hormati semua orang, tidak ada yang pantas disombongkan, harta adalah pinjaman,

Kerupawanan tidak bertahan lama, ketenaran hanya sesaat, kekuasaan dapat ditumbangkan dan semuanya pinjaman semata-mata dari TUHAN.

“Orang lain boleh membenci Anda, tapi JANGAN PERNAH membalasnya, sebab otak mengalahkan otot dan kebijaksanaan menghapus kebodohan.”

@fadlyragent