Senin, 25 Februari 2013

"TAKE a SMILE"

Take a Smile"
(story by fadlyragent)

"hoi.. Dipanggil boz tuh" Awal memukul mejaku, "Dari tadi melamun aja."

... Aku terperanjat kaget di tempat dudukku. "ohh, iya.. Maap" aku segera merapikan beberapa berkas di atas meja dan langsung berdiri menuju ruangan Mas Guntoro, atasan ku di Kantor.

Satu jam kemudian aku keluar dari ruangan itu dgn wajah di tekuk. Awal yg melihat itu langsung menghampiriku, duduk depan meja kerjaku.

"Kenapa bro? Kena marah lagi?" tanyanya.

Aku mengangguk lemas. "ini berkas laporan pameran Dian harapanku belum kelar.. Harus selesai hari ini katanya.."

"kamu sih, gak fokus.. belakang ini kamu sy lihat sering melamun, sdh tiga hari. Kerja jadi berantakan. dan Lebih banyak diam. Ada apa?"

"gak ada wal, gak ada apa2"

"yakin brother?" Awal menarik kursinya makin dekat.

"Kamu ngapain duduk dekat2.. Sana ah, nanti di lihat Mas guntoro. Entar dikira kita ngerumpi, gak kerja.." aku mendorongnya menjauh. Tapi dasar Awal, klo dilarang ia gak pernah dengar, malah makin menjadi2.

Awal msh duduk di sampingku. Senyum2 sendiri. "lagi ada masalah sama 'mamanya anak2' yah?" ejeknya.

"gak ah.. kata siapa? Enak aja.." Aku mulai mengetik laporan penjualan pameranku di komputer, sedikit mengalihkan perhatian dari gangguan mahkluk 'alien' di sampingku ini.

"lah, lantas apa dong?" Awal mengambil bb ku yg tergeletak di atas meja, aku segera mengambilnya kembali sebelum ia membuka2 Hal2 pribadi di bb ku. lalu aku menaruh bb itu dalam laci, menutupnya dan menguncinya.

Klo ada Awal memang seperti itu, gak boleh taruh barang sembarangan, apalagi Hp, kunci motorku saja kerap kali di sembunyikan. Suatu waktu, aku kelabakan mencari kunci motor, hampir tiga jam aku mencari, dan akhirnya aku temukan dimna? Di tempat sampah. Yah, kunci motorku itu ada di tempat sampah. Dan Awal lah biangkeroknya. Gilak gak? Orang yg aneh memang.. :p

"dibilingin gak ada apa2 Awal. Aku baik2 saja.. Ok?"

"yah sudah klo tdk mau cerita.." Awal berdiri dan berjalan perlahan keluar dari ruangan.

Ketika Awal keluar, aku berhenti mengetik. Kusandarkan punggungku pada sandaran kursi. Menarik napas beberapa kali. Sebenarnya memang ada sedikit masalah, tapi aku gak mood cerita pada siapa2. Biarlah ku jalani sendiri, toh semua masalah pasti ada Jalan keluarnya.

Di Al-Quran saja mengatakan "SESUNGGUHNYA BERSAMA SETIAP KESULITAN ADA KEMUDAHAN"
Kalau gak salah surah Al-Insyirah ayat 6.

Aku beristigfar beberapa kali dan mengambil Quran kecil yg selalu aku bawa dalam tas. Aku mulai membaca surah Al-waqiah. Entah Kenapa aku suka sekalih surah itu, jika hati lagi dilanda gundah gulana sering kali aku membaca surah favoritku itu. Selain menenangkan, Mungkin karena dalam surah Al-waqiah itu menjelaskan tentang tiga golongan manusia saat hari kiamat dan terciptanya Bumi, langit dan alam semesta sebagai bukti kekuasaan Allah Subbahanau wata'ala, itu yg membuat aku merasa terestar kembali ketika selesai membacanya.

Selesainya membaca Al-waqiah, Mataku melirik jam di dinding, waktu menunjukkan pukul 14:46. Astagfirullah, aku baru sadar perut ini belum di isi. Segera aku merapikan mejaku, mematikan komputer dan hendak mengenakan sepatuku. Klo di kantor aku memang lbh sering lepas sepatu dan kerja pake sandal, Lebih rileks. Dan siang itu saat hendak mengenakan sepatu, aku baru sadar kalau ada yg aneh, sepatuku sebelahnya tidak ada. Dimana sih, padahal tadi aku taruh di bawah meja deh..

Atau Jangan-Jangan....

"Awaaaaaalll...." aku berteriak. Pasti si Awal pelakunya.

DAMN!!

(ˇ_ˇ'!l)
 

  
All Coment in Facebook:

  • Rachmat Ariyanto seru,
    Jdi syp ji Kak Fad yg sembunyikan ???
  • Muhammad Fadly Affandy Siapa lagi, dua ji itu yg suka sembunyi2 barang, Awal sama mas fajar..

    Huhahahah..
    Kurang kerjaan memang..
  • Hardy Zhu Selingan cerita yang segar. Tp ini rencana mau dibuat sambungannya ga k'? Soalnya konfliknya belum ada kayaknya jadi masih menggantung. Sy penasaran kenapa si Awal bilang tokoh utama lagi marahan sama mamanya anak2.
  • Awaluddin Soemarto WAH PARAAAHH..................Ustaaaaaddzzz..........knp saya jadi bahan ide cerpenmu??????trus orang cakep kayak gini dibilang "ALIEN"........betul2 PARAAAAAAHH...............
  • Muhammad Fadly Affandy @hardy: ᵗʰᵃᶰᵏᵧₒᵤ brother. Ini tadinya cuman mau buat status saja, tapi kok dapat ide dan langsung berkembang gini jadi cerita mini.. Heheheh, memang susah klo bakat alami.
    Klo soal tokoh utama ada masalah dgn 'mamax anak2' itu gak benar, itu cuman bisa2nya Awal saja ganggu saya. Mahkluk satu itu memang sering begitu di kantor. Heheheh .. *ehh.

    @Awal: hehehhee, yoi sobat. Jarang2 nah orang keren (alien) masuk dalam ceritaku. Jd kamu yg mustinya bayar saya krn suatu kehormatan bisa main dalam cerpenku. Huhhahaha...

    Banyak loh yg antri mau dimasukin dalam ceritaku, tapi sy pilah2.. *sombong.

    Piss
  • Kenichi Asai mungkin bisaqi duet kak, bikin novella di gagas duet.. Haha..
  • Muhammad Fadly Affandy @kenichi: boleh juga tuh, ide yg bagus sepupuku.. Kapan DL nya dek? Kirimkan ka linknya. Sy gak bisa kebayang klo kita duet buat novel, gabungan antara gaya tulisan korea mu di padukan dgn gaya tulisan ku yg religius dan sedikit nyentrik?

    Wah, kebaya
    ...Lihat Selengkapnya
  • Kenichi Asai haha.. Bosan mi kak tulis yang ala2 korea, terlalu banyakmi.. Bikin mual.. Hehe
  • Muhammad Fadly Affandy Ok, sy pikir dilla msh suka nulis yg Berbau Korea.. Siip dek..

    Eh, dilla ada twitter?
  • Kenichi Asai hehe.. Emang jenuh tapi, mngkin suatu saat bakal rindu lagi..
    Ada kak : @kenichiasai1

"DAUN KERING"


"DAUN KERING"

Bunyi rintik hujan di genteng bersahutan dengan bunyi guntur yang menyambar-nyambar. Daun-daun menari bergesekan di tiup angin. Rerumputan meringkuk dalam basah. Air berlarian masuk selokan bersama daun-daun kering, ranting dan sampah.

Dua orang tua itu duduk membisu di beranda rumah mereka. Rumah tembok yang sederhana dengan dinding tegel berwarna coklat gelap yg beralamat di ja...lan pemuda itu adalah rumah dengan perawatan yg baik dan sejuk. Itu terlihat dari penataan bunga-bunga dan tanaman hidup lainnya yg mengalirkan nyawa kehidupan hijau. Bahkan dalam guyuran hujan rumah itu tetap tampak hangat dan bersahaja.

Sesaat lama kedua orang tua itu duduk berdua dalam kebisuan. Keduanya memandang ke depan. Ke arah halaman dan jalan. Tiba-tiba tampak seorang anak kecil berusia lima tahun berlari-lari bermain hujan dengan riangnya di depan rumah mereka. Ibu sang anak yg agak gemuk dengan gemas mencoba mengejar dan menangkap, tetapi sang anak seperti ingin memainkan Ibunya. Ia sepertinya tahu sang ibu akan kesusahan mengejarnya karena memegang payung.

"Main hujannya sudah cukup Le. Nanti masuk angin!"

Sang anak sama sekalih tidak menghiraukan. Sang ibu semakin geram dibuatnya, maka ia tutup payungnya dan mengejar anaknya itu secepat-cepatnya. Tetapi sang anak lebih cepat Larinya.

Jadilah adegan kejar-kejaran ibu dan anak di tengah hujan. Para tetangga melihat hal itu jadi tersenyum dan cekikan.

Dua orang tua itu juga tertawa di beranda rumah mereka. Kebisuan di antara keduanya dipecah oleh tawa.

"oalah, si minah, sudahlah biarkan saja! Bocah mau hujan-hujanan biar saja. Nanti klo sudah kedinginan Pasti pulang sendiri!" kata lelaki tua itu pada tetangganya yg masih kejar-kejaran dengan sang anak.

"Gak usah teriak-teriak Pak, si Minah juga tidak dengar. Biarkan saja ibu sama anaknya itu biar kejar-kejaran kita tonton dari sini. Malah jadi hiburan toh." sahut orang tua yg perempuan.

"Ah, kalau aku punya cucu, akan aku ajak dia hujan-hujanan. Dia Pasti senang."

"Ah, yg benar pak? Sekali hujan-hujanan nanti sakitnya Lima hari. Lha, bapak ingat, kemaren ini kehujanan sedikit saja waktu pulang dari pasar senggol langsung masuk angin?"

"Oo, Kalau ada cucu beda bu. Beda. Cucu itu bisa nambah semangat dan mengalirkan kekuatan baru."

"Gitu yah Pak?"

"iya. Kalau ada cucu kita tidak cepat tua. Tapi tidak ada cucu rasanya cepat sekalih kita tua. Bahkan pintu kubur seprti ada depan mata."

"Ah, yah ndak usah bicara Seperti itu toh pak. Ndak Baik!"

"Bukan begitu Bu. Aku ini kok khawatir Kalau sampai tidak bisa melihat anak ku itu duduk di pelaminan, apalagi ngarap cucu dari dia."

"siapa Pak? Sahid maksudnya?"

"Yah siapa lagi? Anak kamu itu sudah cukup umur. Bahkan sudah dibilang lewat untuk menikah. Apalagi sih yang anakmu itu tunggu? Keburu masuk dalam tanah nanti kita bu."

"wuussh., Astagfirullah, Pak. Gak usah ngomong seperti itu. Ndak pantas."

Perempuan tua itu berucap isthigfar berulang kali di bibirnya yg sudah keriput di makan usia.

"Aku yakin dia Pasti menikah pak!"

"iya, tapi kapan? Dia terlalu larut dengan kerjaannya yg gak jelas itu."

"Gak jelas gimana? Wong dia kerja di perusahan 'ternama' toh pak. Perusahaan besar."

"Memang besar bu. Tapi anak mu itu kan sudah gagal dua kali pengangkatan karyawan. Katanya gejala apa? hepatitis? Hallah, itu bisa-bisanya perusahaan saja. Lah klo tidak bisa yah bilang toh tidak bisa, biar anak ini cari kerjaan lain. Dari pada ngarap ndak jelas. "

"Huuuss.. bapak jangan souzon begitu."

"bukan souzon. Bapak ini hanya ingin semoga anakmu itu dapat kerjaan tetap dan bisa segara ke pelaminan. Padahal klo dia mau kita bisa membantu biaya pernikahannya. Dan soal calon, Kali ini terserah dia, siapa saja wanita yang dia pilih, yang jelas segara menikah. Wong sudah hampir Kepala tiga masih saja bujang. Keburu jadi 'DAUN KERING'."

Keduanya lalu terdiam.

Hujan di luar sana semakin deras saja. Dingin sedingin hati lelaki tua yang memikirkan anak lelakinya yang belum melepas bujangnya.

"jam berapa, bu? Anakmu belum pulang juga?"

"jam 5 lewat 40 menit pak. Mungkin sedikit lagi. Kalau bapak mau masuk, masuk saja, biar ibu disini tunggu Sahid. Jam segini biasanya dia sudah pulang."

"ya sudah, bapak mau siap Magrib. Klo anak mu datang bilang malam ini bapak mau bicara. Berdua. Ba'dah isyah."

Perempuan tua itu hanya tersenyum sambil mengganggukkan Kepala sebagai jawabannya.

Tak lama yang ditunggupun datang.

Sebuah motor bebek Jupiter Yamaha Hijau berhenti dan terparkir depan pagar rumah. Diatas 'kuda besi' itu duduk seorang pria dengan jas hujan berwarna biru, turun dan berlari mendekati pagar.

Sang ibu mendekati pagar dan membukanya lebar-lebar. Dengan cekatan pemuda itu membuka jas hujan dan mendorong masuk motornya yg penuh dengan lumpur.

"Ayahmu ingin bicara." kata Ibunya to the point saat Sahid masuk kedalam rumah menaruh jaket di tempat gantungan baju dekat ruang keluarga.

"tentang apalagi bu? Nikah? Aku kira sudah kita bahas ini berulang-ulang."

Ibunya hanya menatapnya. Tatapan iba yg meneduhkan.

"iya nak. Kapan kamu siap?"

"bu, secara lahiriah aku siap bu. tapi secara materai aku belum."

"tapi rezeky tidak ada yang tahu nak, Insyallah setelah nikah Rezky akan mengalir. Dan bapak mu akan membantu biaya pernikahan termasuk..."

"Bu, berapa kali aku harus bilang, Aku akan menikah dengan uang ku sendiri. Aku tidak mau menyusahkan. Sudah bu, aku mau ke masjid. Sudah adzan. Assalamualaikum... "

"Wa'alaikumsalam .."

Sahid mengambil peci hitamnya yang tergeletak diatas TV dan melangkah keluar rumah menuju Masjid dengan payung rewot bertuliskan "KOMPAS GRAMEDIA".

***
Penulis cerita: @fadlyragent



#All coment in Facebook: